Oleh :
Rifqi Marisel
Pontianak,
senin 25/11/19
Waktu menunjukan pukul 15.30 wib, tak satu pun
wajah yang saya kenal di atas salah satu kafe di kota Pontianak. Sebelumnya kami,
rifqi, sumi, sule dan agus bersepakat untuk ngopi bareng sekali gus mencoba
mendonasikan sebagian uang kami untuk kesembuhan adek tingkat kami yang
merupakan anggota ospalti angkatan 15.
Hape saya bordering dengan kecangnyanya dan
telihat nama ulat bulu sedang berupaya memanggil, “dimane pak” begitu suaranya “di
atas kite nongkrong sambil menunggu yang lain” pinta saya kepada si ulat bulu
ini. Kakak yang satu ini memang selalu modis seperti anak-anak yang baru
selesai sekolah ditambah dengan cara berjalan dan sapa khasnya. “nyantai jak
lok sambil tunggu yang lain ye bu” selaras sambil memecah rasa kangen lama
tidak berjumpa.
Tak berapa lama kursi di depan kami mulai
terisi satu persatu, ada bro agus dengan topi khasnya, dan bang sule tarigas
dengan istri dan anak bungsunya yang lucu dan menggemaskan. “Ape kabar juniarto
neh yee cobe kite hubungin suruh kumpul yukk” bercanda saya dengan berusaha
menggapai hp di saku dan mulai menghubungi sang kompas alam ini. “dimane pak,
ngopi yook sekalian bicarekan soal donasi ke adek tingkat kite anggota ospalti,
lokasi saye sharelok yee..” saya perjelas maksud pertemuan sore ini. “ saye di
rumah, oke..okee..saye langsung meluncur kesana” beliau memang perespon ulung
dan selalu berusaha untuk hadir di setiap kegiatan aktivitas sehari-harinya. Ada
beberapa juga yang saya kontak via WA untuk meminta kehadiran namun kesibukan
dan tanggung jawab mereka menjadikan ngopi kami ini terasa tidak lengkap.
Begitu senang dalam hati saya sore ini hingga
waktu seharian nyantai di kafe ini tidak terasa bagi saya. Di tambah lagi bung
juniarto yang jauh dari parit bugis ayani 2 ikut kumpul bersama kami. Sudah sekian lama tidak ketemu silaturahmi kami yang
pernah bersama berkegiatan bertualang dengan suka, senang, duka pernah kami
rasakan bersama di organisasi ospalti tidak pernah putus, tetap menjaga
kerukunan dan kekeluaragan yang selalu kami rawan dengan baik. 19 tahun telah
berlalu wajah dan kulit kami pun mulai keriput termakan oleh waktu, hanya
semangat dan obrolan hangat inilah seakan-akan mengembalikan jiwa muda kami
yang berkobar.
Dengan meneguk minuman hangat di sore senja,
terasa udara segar sehabis hujan yang turun dengan derasnya. Pertemuan kami
begitu singkat dua orang sahabat kami pamit untuk pulang “saye duluan kawan
bawa anak kecil soalnye neh” ungkap sule tarigas di sambut juga kata-kata pamit
dari bang agus supriyatno “siap..siap ma kasih banyak atas donasi dan waktunya”
ucap saya menjawab mereke lain waktu kita kumpul lagi dan sambung obrolan
kebersamaan ini kawan. “kami minta wakilkan uang donasi ini ke dirimu ye pak
iky, untuk diserahkan ke yuvie” pinta kak sumi sambil menyerahkan uang yang
terkumpul hari ini
Dua orang pergi dan tersisa hanya kak sumi, juniato dan saya
sendiri. Tak henti-henti sore itu bung juniarto memesan secangkir terhitung
sudah 3 minuman pesanan atas nama juniarto di berikan untuk pertemuan sore
senja kami ini. Dalam benak saya luar biasa dermawan sosok juniarto ini, konon
di masa sekolah di smti beliau paling sering di bully dengan perkataan dan
perbuatan beliau. Tapi lihat sekarang kami seakan punya jasa yang besar sampai
3 pesananan hadir atas nama juniarto untuk kami bertiga. Tidak berapa lama,kala
itu juga datang bung rino angkatan ke dua ospalti dengan celana pendek dan
kepala tanpa rambut menyapa kami, memang tadi sudah saya kontak beliau yang
saat itu di hubungin baru pulang kerja dan berjanji akan menyusul tanpa
sepengetahuan istrinya….hehehhehe…
Menarik di obrolan usang di waktu senja ini, salah satu membuat
saya terharu dan berkesan adalah usulan bung juniarto yang di luar dugaan saya,
“coba andaikan seluruh angota yang 170 orang ini menyisihkan uang kita untuk
kas perbulan 25 rbu saja maka setahun mencapai 51 juta” ucap beliau sambil
menunjukan angka hitungan pada kalkulator hape Samsung dengan camera 3 buah di
belakangnya. Terdiam sesaat kami mendengar usulan itu, dengan penuh semangat
menambahkan “kite bise beli lahan satu hektar, nanti kite jadikan usaha dana
pertanian dan usaha lainnya dengan lahan tersebut” merasa ndak percaya ada
usulan yang mantap seperti itu.
Impian kami pun mulai mengarah ketujuan yang
sama yaitu adanya usaha dana atau badan usaha yang “mencetak” dan menghasilkan
uang secara berkelanjutan dengan memperkerjakan lulusan terbaik dari SMTI yang
merupakan anggota ospalti kata lain kita bisa membuka lapangan kerja buat
adek-adek kita kemudian hari.
Usulan yang lainnya di tambahkan jika kita
punya dana yang kuat dan besar kita bisa melakukan apa saja, kepedulian ,
sertifikasi keahlian, donasi kepada sesama atau pun kegiatan skala besar untuk
silaturahmi para alumni smti yang menjadi anggota Ospalti kelak dengan membawa
keluarga kita sambil menyalakan api unggun di alam terbuka, betapa indahnya
suasana kala itu jika bisa terjadi…..
Wow..sewa pulau pun bisa neh…hehhehee..ketawa
canda memecah mimpi kami semua di obrolan usang di senja sore ini. Dan ruang
atas pun mulai ramai banyak anak muda di semua pojok, di tambah lagi kami para
tua-tua ini mencoba menjadi muda di antara mereka.
Sekali lagi itu hanya mimpi kami para tua-tua
ospalti ini kawan bukan juga harapan namun terlukis indah dalam pikiran yang
bahagia kami…Ini mimpi yang akan hanya terbuang secara tertutup di “sampah”
alam pikiran kami saja. Dalam hati doa saya di parkiran semoga kami bisa mewujudkan
impian kami ini meski banyak benda tajam di sekitar kami. Kami tetap saudara
tanpa sedarah namun terikat erat dalam satu ikatan keluarga ospalti meski kami
sudah menua… ini catatan kecil mengubah letih hari ini menjadi bunga tidur
untuk lelap.......
*Sekian dan sampai berjumpa di cerita
selanjutnya…..selamat beraktifitas.*